Cari Blog Ini

Jumat, 15 Januari 2010

Makalah Kromatografi

MAKALAH
KROMATOGRAFI ADSORPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Instrumentasi



Dosen Pengampu :

Meti Kusmiati, SKM







Disusun Oleh :

Ade Aip Solihuddin
Rina Susilawati


Prodi : DIII Analis Kesehatan


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
Jln. K. H. Ahmad Dahlan No. 20 Ciamis 46216 Telp. / Fax (0265) 773052
e-mail : mucis06@yahoo.com


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Walaupun kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari dukungan orang – orang sekitar. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Meti Kusmiati, SKM sebagai dosen pengampu dari Mata Kuliah Instrumentasi yang membimbing kami.
2. Teman – teman sekalian yang telah memberikan dukungan dan berpartisipasi.
Dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini penulis menyadari banyak sekali kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar pembuatan makalah berikutnya bisa lebih baik lagi.
Besar harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi rekan-rekan semua. Semoga Allah SWT membalas semua amal baik dan melimpahkan hidayah-Nya pada kita semua.
Amin Ya Robbal Alamin.


Ciamis, Desember 2009




Penyusun






DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kromatografi Adsorpsi ............................................. 2
2.2. Contoh– contoh yang termasuk kromatografi adsorpsi ........... 2
2.2.1. Kromatografi Kolom Adsorpsi ........................................... 2
2.2.2. Kromatografi Gas ................................................................ 5
2.2.3. Kromatografi Lapis Tipis .................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ................................................................................... 8
3.2. Saran ............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9





















BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kromatografi adsorpsi atau Adsorpsi kromatografi merupakan gejala yang timbulnya konsentrasi zat yang lebih besar pada perbatasan antara dua fasa dari pada dalam masing- masing fasa, diakibatkan gaya tarik fasa stationer yang kuat terhadap komponen- komponen yang harus dipisahkan.
Melihat kondisi mahasiswa yang ada keinginan untuk mengetahui suatu materi khususnya tentang Kromatatografi (kromatografi Adsorpsi), serta sangat sedikit sekali referensi tentang Kromatografi (kromatografi Adsorpsi). Oleh karena itu, kiranya perlu ada suatu makalah yang bisa membantu mahasiswa dalam memahami materi tersebut.

1.2 Tujuan
Selainn untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Instrumentasi, ada tujuan lainya, diantaranya :
 Menetahui pengertian Kromatografi khususnya Kromatografi Adsorpsi.
 Menambah wawasan tentang Kromatografi khususnya Kromatografi Adsorpsi.
 Menjadi referensi tambahan yang menunjang keberhasilan pembelajaran mata kuliah Instrumentasi.
 Menjadi Pegangan bagi Mahasiswa yang ingin memahami tentang Kromatografi khususnya Kromatografi adsorpsi.







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kromatografi adsorpsi

Adsorpsi ialah gejala timbulnya konsentrasi zat yang lebih besar pada bidang perbatasan antara dua fasa daripada dalam masing-masing fasa. Terjadinya pemisahan ialah akibat gaya tarik fasa stasioner yang kuat terhadap komponen – komponen yang harus dipisahkan. Gaya tarik yang kuat ini disebabkan oleh interaksi kimiawi dan atau interaksi Van Der Walls
Kromatografi adsorpsi adalah teknik kromatografi tertua dioperasikan berdasarkan retensi terlarut pada permukaan adsorben. Adsorben yang umum digunakan adalah silika gel dan alumina karena mereka dimiliki daerah yang besar permukaan dan banyak situs aktif. Terlarut dan pelarut dalam cairan dapat bersaing satu sama lain untuk mendapatkan situs yang aktif. Karena ini, memilih pelarut yang tepat sangat penting untuk mendapatkan adsorpsi maksimum zat terlarut pada situs aktif permukaan.
Pada kromatografi adsorpsi, fasa stasionernya terdiri atas zat padat dan fasa mobilnya terdiri atas zat gas atau zat cair.

2.2 Contoh– contoh yang termasuk kromatografi adsorpsi
• Kromatografi kolom Adsorpsi
• Kromatografi gas
• Kromatografi lapis tipis

2.2.1. Kolom kromatografi Adsorpsi

a. Prinsip
Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi ialah bahwa komponen – komponen dalam zat contoh yang harus diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila kita mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang pertama – tama dihanyutkan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat kepada adsorben. Komponen –komponen lainnya akan dihanyutkan menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan daripada komponen – komponen tersebut.

b. Penyarat kolom
Pola kecepatan arus elutor pada tiap irisan kolom yang dipilih di sembarang tempat suddah tentu sedapat mungkin harus sama. Keseragaman ini dapat dicapai dengan memilih adsorben yang ukuran butir – butirnya sama ( diayak ) dan dengan cara penyaratan yang baik.
Makin kecil ukuran butir adsorben, makin cepat keseimbangan adsorpsi akan tercapai, dan makin besar pula kecepatan elusi yang boleh dipergunakan. Tetapi dilain pihak, makin kecil butir adsorben, makin besar hambatan bagi cairan yang harus mengalir melalui kolom. Apabila kecepatan lintas bagi cairan elutor terlalu kecil, dapat dipergunakan pompa vakum yang menimbulkan tekanan rendah dalam ruang di bawah kolom sehingga cairan dapat mengalir lebih cepat melalui kolom. Cara yang lain ialah menambahkan tekanan dalam ruang di atas kolom dengan menggunakan pompa pneumatic.

c. Bentuk kolom
penempatan adsorben dalam kolom secara uniform betul sangat sukar dilaksanakan. Sebagai akibatnya, zona – zona komponen yang dipisahkan menjadi kurang teratur bentuknya. Bagi kolom yang lebar hal ini dapat menyebabkan pembauran. Tetapi bagi kolom kecil bahaya ini seberapa besar. Namun di lain pihak, kolom yang lebar dan pendek itu lebih memudahkan dalam pemakaiannya.
Oleh karena itu, tinggi kebanyakan kolom ialah ± 20 kali diameternya. Di bawah tabung yang umumnya terbuat dari gelas terdapat lempengan meduk yang terbuat dari porselen atau dari serbuk gelas yang dipanaskan hingga melengket jadi satu. Lempengan yang berbentuk cakram ini bergawai sebagai penahan fasa yang stasioner. Di bagian tabung yang paling bawah terdapat kapiler penyulur dilengkapi dengan pancur. Kapiler beserta pancur dirakitkan dengan kolom memakai suku asah sehingga mudah dilepaskan guna membersihkan kolom dan untuk meniup kolom sehingga menjadi bersih dari cairan. Ruang antara pancur dan cakram penyaring harus sekecil mungkin supaya tidak terjadi pembauran antara cairan – cairan yang keluar dari kolom.

d. Kecepatan arus
Semakin rendah kecepatan arus cairan, semakin baik akibatnya bagi tercapainya keseimbangan adsorpsi dan akan semakin baik pula pemisahannya. Bentuk zona pun menjadi lebih teratur. Tetapi kecepatan arus yang terlalu rendah dapat menimbulkan efek difusi axial dalam fasa mobil yang harus dihindarkan sejauh mungkin.

Jadi dapat dikatakan bahwa pemisahan yang terbaik dapat dicapai dengan mempergunakan kolom yang panjang dan sempit, diisi dengan adsorben yang berbutir halus, dan arus yang lambat. Elusi dapat dimulai apabila campuran yang harus dipisahkan sudah dimasukan dalam kolom. Elusi ini dilakukan dengan memasukan cairan elutor berenyai – renyai melalui kolom dan harus dijaga supaya arusnya tidak berhenti. Komponen – komponen yang telah diadsorpsikan oleh adsorben akan bergerak dalam bentuk gelang – gelang atau zona dengan kecepatan yang berbeda – beda melalui kolom dan ditampung di bawah kolom secara terpisah memakai beberapa tabung yang dibubuhi tanda – tanda. Tabung – tabung ini ditempatkan dalam sebuah fraksikolektor. Setelah itu fraksi – fraksi yang diperoleh mulai dapat diselidiki.

2.2.2. Kromatografi gas

Kromatografi Gas adalah metode kromatografi pertama yang dikembangkan pada jaman instrument dan elektronika yang telah merevolusikan keilmuan selama lebih dari 30 tahun. Sekarang kromatografi gas dipakai secara rutin di sebagian besar laboratorium industri dan perguruan inggi. kromatografi gas dapat dipakai untuk setiap campuran yang komponennya atau akan lebih baik lagi jika semua komponennya mempunyai tekanan uap yang berarti pada suhu yang dipakai untuk pemisahan.
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan (kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).
Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.
Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.
Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.
Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya. Disarankan untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa. Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan bergantung apakah tujuannya analisik atau preparatif.
2.2.3. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan kromatografi adsorpsi dan adsorben (silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oxide), kieselguhr (diatomeous earth), dan selulosa) bertindak sebagai fase stasioner. Dalam kromatografi lapis tipis, bahan penyalut yang digunakan beraneka macam. Silika gel yang paling banyak dipakai (Djide , 2003).
Teknik ini dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schraiber. Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai fase diam. Fase bergerak (Untuk senyawa organik yang polar akan lebih mudah larut dengan air dari pada pelarut organik, dan hendaknya untuk senyawa-senyawa tertentu menggunakan pelarut sesuai dengan kepolaran pelarut yang digunakan dan pembuatan fase mobil harus hati-hati karena sulitnya keterulangan dalam campuran serta pelarut jangan digunakan dalam selang yang lama) akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram.
Dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang dipisahkan (Petrucci, 1987).
Pelarut-pelarut yang digunakan biasanya berupa campuran satu komponen organik yang utama, air dan berbagai tambahan seperti asam-asam, basa-basa atau pereaksi komplek, utk memperbesar atau mengurangi kelarutan untuk zat-zat tertentu (Ganiswarna, 1995). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam teknik kromatografi adalah metode (penaikan, penurunan, mendatar), macam kertas, pemilihan dan pembuatan eluen (fase mobil), kesetimbangan dari bejana yang dipilih, pembuatan cuplikan, waktu pengembangan, metode deteksi dan identifikasi (Petrucci, 1987)












BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kromatografi adsorpsi adalah teknik kromatografi tertua dioperasikan berdasarkan retensi terlarut pada permukaan adsorben. Adsorben yang umum digunakan adalah silika gel dan alumina karena mereka dimiliki daerah yang besar permukaan dan banyak situs aktif. Pada kromatografi adsorpsi, fasa stasionernya terdiri atas zat padat dan fasa mobilnya terdiri atas zat gas atau zat cair.
Yang termasuk pada kromatografi adsorpsi diantaranya :
• Kromatografi kolom Adsorpsi
• Kromatografi gas
• Kromatografi lapis tipis

3.2 Saran
Makalah ini sifatnya hanya membantu memudahkan mahasiswa untuk memahami tentang kromatografi adsorpsi yang tentunya sangat terbatas baik contoh maupun penjelasannya. Oleh karena itu, kami harapkan bagi para pembaca bisa menambah dari referensi lain karena jika hanya menggunakan makalah ini sangat sedikit yang bisa didapatkan. Semoga anda tidak puas dengan membaca makalah ini, sebab jika anda puas niscaya anda tidak akan menambah pengetahuan anda, Seorang yang dalam keadaan haus, meminum air laut, niscaya ia akan semakin haus, semoga andapun demikian.




DAFTAR PUSTAKA
 Dasar- dasar Ilmu Instrumentasi, O.G Brink, R.J Flink dan Ir. Sobandi Sachri ; Jakarta 1984
 Day. RA, JR dan AL Underwood, Analisa Kimia Kuantitatif edisi 6, Penerbit Erlangga ; Jakarta 2002
 http://journal.um.ac.id/index.php/media-komunikasi-kimia/article/view/2183 Endang Budiasih
 Id. Wikipedia. Org/ Wiki/ Kromatografi, Sabtu 09 Januari 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar